Menyontek-Kata menyontek memang sering atau identik dengan pelajar atau mahasiswa. Maksudnya, yang biasanya menyontek itu adalah pelajar, siswa ataupun mahasiswa.
Mencontek adalah adalah suatu tindakan meniru, menjiplak hasil karya (hasil ulangan, dll) orang lain dengan tanpa seizin yang punya. Tapi, dalam dunia akademis, walaupun diizinkan oleh yang punya jawaban tetapi tetap saja dikatakan menyontek (kerjasama dalam ujian).
Kalau dikalangan dunia akademis, banyak modus, banyak cara yang dilakukan biasanya untuk menyontek. Ada yang cara menyonteknya dengan melihat jawaban punya teman, menyontek lewat catatan-catatan kecil yang di sengaja disembunyikan. Cara menyontek dengan catatan-catatan yang disembunyikan adalah variant terbanyak dalam cara menyontek. Ada yang menulis di kertas-kertas kecil kemudian dikantongi, ada yang menulis catatan di tembok, bangku bahkan di bagian tubuh tertentu seperti di telapak tangan atau di paha (maaf...tapi, ini realita).
Memang, adalah tugas besar bagi dunia pendidikan kita untuk menemukan cara mengatasi perilaku menyontek para akademisinya. Terutama sekali adalah pada saat ujian. Padahal kan ujian sebenarnya adalah untuk menguji kemampuan kita dalam mengingat informasi, ingin menguji seberapa paham kita tentang materi yang diberikan, dan seterusnya. Pada intinya ujian, itu disajikan tujuan baik. Yang perlu dirubah memang adalah sistem penilaian itu sendiri dalam ujian.
Berikut adalah cara unik dalam mengatasi agar akademisi tidak menyontek.
Berdasarkan survey
terhadap 30 ribu siswa yang tertuang dalam “2008 Report
Card on the Ethics of American Youth” terungkap bahwa 30% siswa mengaku
mereka mencuri dari satu toko dalam waktu satu tahun terakhir, naik 2%
dari 2006. Lebih dari sepertiga anak laki-laki (35%) mengatakan mereka
telah mencuri barang, sedangkan anak perempuan yang mencuri berjumlah
26%. Mayoritas besar, 83%, siswa sekolah agama swasta dan sekolah negeri
mengaku mereka berbohong kepada orangtua mereka mengenai sesuatu yang
penting, dibandingkan dengan 78% siswa sekolah non-agama yang
independen. Mereka juga terbiasa menyontek. Sebanyak 64% mengatakan
mereka telah menyontek dalam tes, dibandingkan dengan 60% pada 2006; 38%
menyatakan mereka telah melakukannya dua kali atau lebih. Kejujuran
telah hilang. Menurut lembaga nirlaba Josephon Institute, ini menjadi
tanda yang tak bagus bagi masa depan Amerika ketika para pemuda itu
menjadi orangtua, jenderal, wartawan, staf eksekutif perusahaan, polisi
dan politikus (http://hizbut-tahrir.or.id/2008/12/30).
Masih dalam artikel yang sama yang saya kutip sebagian isinya di atas, saya menemukan solusi sempurna atas permasalahan ini, untuk baca lebih lanjut kelanjutan artikel di atas dan apa solusinya. Silahkan baca di sini.